TechnologyArtificial Intelligence
June 21, 2025

Menjelajahi Implikasi Etis dari Reanimasi AI

Author: Nir Eisikovits and Daniel J. Feldman

Menjelajahi Implikasi Etis dari Reanimasi AI

Dalam beberapa tahun terakhir, kemunculan kecerdasan buatan telah membuka cakrawala baru, memungkinkan pencipta untuk menciptakan kemiripan orang yang telah meninggal untuk berbagai tujuan. Bidang yang berkembang ini, sering disebut 'reanimasi AI' atau 'deepfakes,' bertujuan untuk menciptakan representasi yang realistis dari individu yang telah meninggal. Dari menyampaikan pernyataan di pengadilan hingga tampil di konser, representasi ini menimbulkan berbagai pertanyaan etis yang harus dihadapi masyarakat.

Reanimasi AI menantang konsep warisan tradisional dengan memungkinkan individu yang telah meninggal berpartisipasi dalam diskusi kontemporer, penampilan, dan acara. Salah satu kasus terkenal melibatkan pembuatan video yang dihasilkan AI dari Christopher Pelkey, yang tewas dalam insiden kemarahan di jalan, membiarkannya menyampaikan pernyataan dampak korban selama persidangan pelakunya. Insiden seperti ini memicu perdebatan tentang implikasi moral dari penggunaan kemiripan orang yang telah meninggal tanpa izin eksplisit mereka.

Kekhawatiran utama berkisar pada pertanyaan persetujuan. Apakah orang yang telah meninggal akan setuju untuk tampil dalam acara politik yang memicu kontroversi atau proses hukum? Kasus reanimasi AI dari penyanyi Israel yang meninggal untuk konser kemerdekaan nasional menunjukkan dilema ini. Keputusan untuk menggunakan kemiripan mereka menimbulkan pertanyaan tentang motif di balik acara tersebut dan apakah orang yang telah meninggal akan mendukung penggunaan gambar mereka.

Selain itu, implikasi teknologi AI melampaui reanimasi sederhana. Masalah etis juga mencakup potensi manipulasi terhadap audiens. Misalnya, menggunakan kemiripan tokoh sejarah yang dihormati, seperti Martin Luther King Jr. atau Agatha Christie, dalam konteks politik atau edukatif modern dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku dengan cara yang diragukan secara etis. Apakah ahli waris atau perwakilan dari orang yang telah meninggal memberikan izin untuk penggunaan tersebut, pertanyaan apakah kemiripan mereka dimanipulasi demi keuntungan politik atau keuntungan tetap ada.

Representasi yang dihasilkan AI menimbulkan kekhawatiran etis tentang persetujuan dan manipulasi.

Representasi yang dihasilkan AI menimbulkan kekhawatiran etis tentang persetujuan dan manipulasi.

Praktik menggunakan AI untuk reanimasi juga membawa aspek emosional yang signifikan. Keluarga yang selamat mungkin merasa nyaman berinteraksi dengan representasi AI dari orang tercinta mereka, yang menyebabkan munculnya griefbots yang meniru gaya komunikasi orang yang telah meninggal. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah interaksi buatan dapat menggantikan esensi hubungan manusia yang asli, atau jika mereka hanya berfungsi sebagai penawar sementara untuk kesedihan.

Para ahli etika berpendapat bahwa bahkan penggunaan AI reanimasi dengan niat baik harus diawasi secara ketat terhadap dampak sosial yang lebih luas. Misalnya, menggunakan tokoh yang telah meninggal untuk mendukung sebuah penyebab politik dapat merusak integritas memori tokoh tersebut. Dalam konteks ini, komodifikasi orang yang telah meninggal melalui AI menimbulkan implikasi etis yang mendalam tentang rasa hormat, martabat, dan nilai intrinsik untuk menghindari penyebaran kemiripan mereka demi tren sementara.

Selain itu, dengan kemajuan teknologi AI, ada potensi penyalahgunaan. Rezim yang berusaha memanipulasi persepsi publik di masa lalu bisa memanfaatkan reanimasi AI untuk menciptakan narasi palsu. Ketakutan adalah bahwa AI dapat digunakan sebagai senjata untuk mengubah sejarah di bawah kedok keaslian, karena audiens mungkin terpengaruh oleh beban emosional melihat tokoh yang mereka cintai, bahkan dalam format digital.

Seiring masyarakat terus menjelajahi wilayah yang belum dipetakan ini, diskusi harus melampaui teknologi dan mencakup pertimbangan moral, etika, dan dampak sosial. Mengikuti dialog yang matang tentang isu-isu ini sangat penting untuk menavigasi lanskap moral kompleks yang ditimbulkan oleh teknologi AI.

Akhirnya, diskusi seputar AI reanimasi menunjukkan tantangan etis yang lebih luas terkait teknologi. Ketika kita mengadopsi kemampuan AI, sangat penting untuk mempertimbangkan implikasi dari ciptaan kita, memastikan bahwa kita memegang teguh nilai persetujuan, integritas, dan rasa hormat terhadap mereka yang telah meninggal.