Author: Taryn Plumb
Teknologi AI dengan cepat mengubah bisnis dan industri, tetapi transformasi ini disertai dengan biaya tersembunyi dan tantangan keamanan. Seiring perusahaan semakin bergantung pada AI untuk pengambilan keputusan dan efisiensi operasional, mereka harus menavigasi kompleksitas yang terkait dengan kualitas input, biaya operasional, dan kerentanan potensial. Operasi prompt, pendekatan baru untuk mengoptimalkan input AI, fokus pada pengurangan kesalahan dan peningkatan kualitas interaksi dengan model AI, yang dapat membantu mengurangi kelelahan sistem AI dan meningkatkan performa secara keseluruhan.
Salah satu kekhawatiran utama seputar penerapan AI adalah fenomena yang dikenal sebagai 'jebakan inferensi.' Serangan inferensi dapat menguras sumber daya perusahaan, mengancam kepatuhan, dan akhirnya mengurangi pengembalian investasi (ROI) dari inisiatif AI. Serangan ini memanfaatkan kerentanan dalam model AI, menyoroti kebutuhan mendesak akan langkah-langkah keamanan yang kokoh. Saat bisnis bergegas mengintegrasikan AI generatif ke dalam operasi mereka, banyak yang menemukan diri mereka dalam situasi berisiko di mana investasi mereka bisa mendapatkan hasil negatif jika kerentanan ini tidak ditangani dengan memadai.
Meningkatnya operasi prompt sangat penting dalam mengelola dan mengoptimalkan input AI.
Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan beralih ke model minimalis. Alih-alih mengandalkan model bahasa besar (LLMs), yang dapat menimbulkan biaya besar dan membutuhkan daya komputasi yang signifikan, perusahaan menemukan bahwa model AI yang lebih kecil bisa sama kuatnya sekaligus secara drastis mengurangi total biaya kepemilikan. Pergeseran strategi ini tidak hanya meringankan beban sumber daya komputasi tetapi juga menyederhanakan pelatihan dan penerapan model di berbagai aplikasi.
Selain itu, saat industri mengeksplorasi strategi AI mereka, perdebatan tentang menggunakan model terbuka versus tertutup semakin intens. Perusahaan harus mengevaluasi total biaya kepemilikan (TCO) yang terkait dengan model ini, menyeimbangkan manfaat keamanan dan kinerja terhadap biaya inheren dari sistem kepemilikan. Pendekatan hibrid dapat menjadi jalan optimal, memungkinkan organisasi memanfaatkan kekuatan kedua jenis model dan menyesuaikan aplikasi AI mereka sesuai kebutuhan bisnis.
Elemen kunci untuk keberhasilan implementasi AI adalah memastikan bahwa infrastruktur disesuaikan dengan tuntutan berbagai beban kerja AI. Pemimpin TI dan bisnis harus teliti dalam memilih opsi komputasi yang sesuai, baik di tempat maupun berbasis cloud, untuk mencegah pemborosan pengeluaran dan memastikan performa yang efisien. Dengan menyesuaikan sumber daya komputasi mereka dengan tepat, bisnis dapat menghindari terjebak dalam apa yang disebut 'purgatori pilot'—sebuah keadaan di mana inisiatif AI gagal berkembang akibat infrastruktur dan perencanaan yang tidak memadai.
Serangan inferensi AI menimbulkan risiko keuangan dan operasional yang serius bagi perusahaan.
Seiring perusahaan terus mendorong adopsi AI, peran pemangku kepentingan keuangan, terutama Chief Financial Officers (CFO), menjadi semakin penting. CFO bertanggung jawab memastikan bahwa investasi AI menghasilkan metrik nyata dan ROI yang solid. Mereka yang mampu menerapkan kerangka kerja disiplin dalam mengevaluasi teknologi AI akan memfasilitasi pengambilan keputusan investasi yang lebih cerdas dan akhirnya mengamankan keunggulan kompetitif di pasar.
Momentum untuk AI tidak dapat disangkal, tetapi tanpa pertimbangan hati-hati dan perencanaan strategis, bisnis mungkin akan tertinggal oleh pesaing yang secara efektif memanfaatkan potensi teknologi AI sekaligus mengurangi risiko terkait. Sangat penting bagi organisasi untuk menjaga pendekatan yang terinformasi dalam memilih strategi AI yang menggabungkan bentuk dan fungsi tanpa terjebak dalam gimmick pemasaran atau janji yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
Potensi AI dalam meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan wawasan sangat besar, tetapi potensi ini bercampur dengan kekhawatiran keamanan dan pertimbangan etis. Perusahaan harus waspada memantau sistem AI mereka dari tanda-tanda kerentanan, terutama saat ancaman cybersecurity menjadi semakin canggih. Menerapkan kerangka kerja zero-trust dapat membantu perusahaan melindungi investasi AI mereka dari serangan eksternal, memastikan model tetap kokoh dan berfungsi.
Perjalanan dari proyek pilot ke solusi AI yang menguntungkan penuh dengan tantangan.
Sebagai kesimpulan, perjalanan untuk menavigasi lanskap AI yang berkembang secara efektif adalah rumit dan multifaset. Perusahaan harus mengadopsi operasi prompt, prioritaskan keamanan, evaluasi strategi model mereka secara kritis, dan fokus pada penyesuaian infrastruktur. Memahami interaksi antara aspek ini dapat memberdayakan organisasi untuk memanfaatkan potensi besar AI sambil mengurangi biaya dan risiko yang tidak perlu. Perencanaan strategis ini sangat penting untuk menempatkan bisnis tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk berkembang di dunia yang semakin didorong oleh AI.